borjois

WELCOME TO MY BLOG

Ketik yg Anda Cari

Powered By Blogger

10/12/10

Coding Segitiga "O" pada java

public class Segitiga {
  public static void main (String[] arg){
    int n = 5,j,k;
    String tampil = "";
    for(int i=1;i<=n;i+=2){ // jika pengen 1 2 3 ganti aja i++, tapi kalo 1 3 5 biarin pake i+=2
      for(j=n;j>i;j--){
        tampil += " ";
      }
      for(k=1;k<=i;k++){
        tampil += "0 ";
      }
      tampil += "\n";
    }
    System.out.print(tampil);
  }
}

24/11/10

PRINSIP KOMUNIKASI

PRINSIP 1: KOMUNIKASI ADALAH PROSES SIMBOLIK
Lambang bersifat sembarang, namun kita lah yang memberikan makna kepada lambang tersebut. Contohnya orang tua saya mengatakan motor itu dengan sebutan Honda, padahal motor tersebut bermerk Yamaha itu dikarenakan factor lingkungan orang padang.
PRINSIP 2: SETIAP PERILAKU MEMPUNYAI POTENSI KOMUNIKASI
Semua orang bebas menilai. Pada saat orang tersebut tidak bermaksud mengkomunikasikan sesuatu, tetapi dimaknai oleh orang lain maka orang tersebut sudah terlibat dalam proses berkomunikasi. Pada kasus ini, saaat saat saya belajar mengendarai mobil dengan kaka saya, pada saat membawa mobil kakak saya dengan heboh nya ketakutan. Lalu untuk seterusnya dia menjadi cemas ketika mengajarkan saya mengendarai mobil
PRINSIP 3: KOMUNIKASI MEMPUNYAI DIMENSI ISI DAN DIMENSI HUBUNGAN
komunikasi sedangkan dimensi hubungan menunjukkan bagaimana cara mengatakannya dan mengisyaratkan. Contohnya, pada pergaulan saya dengan teman seangkatan dan dengan senior. Pembicaraan pada teman seangkatan lebih lepas, lain hal nya dengan senior.
PRINSIP 4: KOMUNIKASI BERLANGSUNG DALAM BERBAGAI TINGKAT KESENGAJAAN
Komunikasi dilakukan manusia dari yang tidak sengaja hingga yang sengaja dan sadar serta terencana melakukan komunikasi. Kesadaran akan lebih tinggi ketika berkomunikasi dalam situasi-situasi khusus. Contohnya dengan seorang teman yang baru dikenal tentunya akan berbeda cara berkomunikasi kita dibanding ketika kita bercakap-cakap dengan teman yang sudah biasa bergaul sehari-hari.
PRINSIP 5: KOMUNIKASI TERJADI DALAM KONTEKS RUANG DAN WAKTU
Seseorang yang berkomunikasi akan menimbulkan makna-makna tertentu, sedangkan makna tersebut berhubungan dengan konteks fisik/ruang, waktu, sosial, dan psikologis. Contohnya ketia saya sedang bertamu dirumah orang, saya berusaha untuk lebih sopan. Berbeda dengan ketika saya berada dalam rumah sendiri dan saya bertindak sesuka saya tanpa memperdulikan orang lain.
PRINSIP 6: KOMUNIKASI MELIBATKAN PREDIKSI PESERTA KOMUNIKASI
Ketika orang-orang berkomunikasi, mereka meramalkan atau memperkirakan efek perilaku komunikasi mereka. Dengan perkataan lain, komunikasi sebenarnya terikat oleh aturan atau tatakrama. Contohnya pada saat makan di warung-warung, dengan santai saya mengangkat kaki keatas kursi, tapi lain halnya pada saat makan dirumah
PRINSIP 7: KOMUNIKASI BERSIFAT SISTEMIK
Mengacu pada tubuh manusia yang dapat dipandang sebagai suatu sistem, setidaknya terdapat dua sistem dasar yang bekerja dalam proses transaksi komunikai, yaitu sistem internal dan sistem eksternal. Ketika saya melihat system eksternal wanita yg belum tentu itu sama dengan system internal wanita tersebut
PRINSIP 8: SEMAKIN MIRIP LATAR BELAKANG SOSIAL-BUDAYA, SEMAKIN EFEKTIFLAH KOMUNIKASI
Adanya kesamaan-kesamaan dalam hal tertentu seperti tingkat pendidikan, agama, etnis, suku bangsa, atau tingkat sosial ekonomi akan mendorong orang-orang untuk saling tertarik, dan pada gilirannya semua ini mendorong pada komunikasi yang efektif. Contohnya, orang tua saya berasal dari padang, tentu nya saya cukup memahami bahasa padang. Pada saat berkomunikasi dengan orang padang yg berada dikelas, komunikasi yang kami lakukan efektif, namun teman saya yg tidak mengerti bahasa padang hanya melongo saja.
PRINSIP 9: KOMUNIKASI BERSIFAT NONSEKUENSIAL
Meskipun komunikasi bersifat linier (satu arah), sebenarnya komunikasi manusia dalam bentuk dasarnya (komunikasi tatap muka) bersifat dua arah. Contoh, Ketika berbicara kepada orang sekelompok,komunikasi berlangsung dua arah. Orang-orang yang dianggap sebagai pendengar sebenarnya juga menjadi “pembicara” atau pemberi pesan pada saat yang sama, yaitu melalui perilaku non-verbal mereka, misalnya lewat anggukan kepala tanda setuju/mengerti, kening berkerut tanda mereka bingung, dan sebagainya
PRINSIP 10: KOMUNIKASI BERSIFAT PROSESUAL, DINAMIS, DAN TRANSAKSIONAL
Sebagaimana waktu, komunikasi tidak mempunyai awal dan tidak mempunyai akhir, melainkan merupakan proses yang berkesinambungan atau kontinyu. Juga bersifat dinamis karna sulit ditemukan awalan dan akhirannya Contohya, ketika saya pergi membeli pena ke took pena, aya tertarik dengan pena a, namun dikarenakan uang yang saya miliki tidk cukup lalu saya membeli pena b.
PRINSIP 11: KOMUNIKASI BERSIFAT IRREVERSIBLE
Setiap orang yang melakukan proses komunikasi tidak dapat mengontrol sedemikian rupa terhadap efek yang ditimbulkan oleh pesan yang dikirimkan. Contohnya, teman melakukan kesalahan sekali kepada saya, hal tersebut dapat dimaafkan tapi tidak dapat dilupakan begitu saja.
PRINSIP 12: KOMUNIKASI BUKAN PANASEA UNTUK MENYELESAIKAN SUATU MASALAH
Banyak persoalan dan konflik antar-manusia disebabkan oleh masalah komunikasi. Dalam arti bahwa komunikasi bukan satu-satunya obat mujarab yang dapat digunakan untuk menyelesaikan masalah. Contohnya ketika dua sekolah tawuran hingga ktika prosesi damai, kedua sekolah mengirimkan perwakilannya untuk berkomunikasi dengan sekolah yang menjadi lawannya. Dan keduanya menyepakati untuk berdamai. Namun, hingga saat ini kedua sekolah itu pun masih sering terjadi teuran yang saya tidak mengetahui sebabnya. Jadi, komunikasi dalam prosesi damai tersebut bukanlah menjadi sesuatu yang dapat memecahkan masalah.

TOPOLOGI

1.    TOPOLOGI LINEAR BUS
Kelebihan:
v  hemat kabel
v  mudah dikembangkan
v  tidak membutuhkan kendali pusat
v  layout kabel sederhana
v  penambahan dan pengurangan terminal dapat dilakukan tanpa mengganggu operasi yang berjalan.
Kelemahan:
v   deteksi dan isolasi kesalahan sangat kecil
v   kepadatan lalu lintas tinggi
v  keamanan data kurang terjamin
v  kecepatan akan menurun bila jumlah user (pemakai) bertambah
v  diperlukan repeater untuk jarak jauh

2. TOPOLOGI RING
Kelebihan:
v  hemat kabel
v  tidak perlu penanganan bundel kabel khusus’
v  dapat melayani lalu lintas data yang padat
Kelemahan:
v  peka kesalahan
v  pengembangan jaringan lebih kaku
v  lambat
v  kerusakan pada media pengirim/ terminal dapat melumpuhkan kerja seluruh jaringan

3. TOPOLOGI STAR
Kelebihan:

v  paling fleksibel karena pemasangan kabel mudah
v  penambahan atau pengurangan terminal sangat mudah dan tidak mengganggu bagian jaringan yang lain
v  kontrol terpusat sehingga memudahkan dalam deteksi dan isolasi kesalahan serta memudahkan pengelolaan jaringan

Kelemahan:
v  boros kabel
v  kontrol terpusat (HUB) jadi elemen kritis
v  perlu penanganan khusus bundel kabel


4. TOPOLOGI TREE
Kelebihan:
v  cocok untuk jaringan dengan volume trafik yang rendah
v  trafik ke sentral lain (antar sentral) dari satu sentral dikonsentrasikan melalui sentral transit, sehingga sentral transit biasanya mempunyai derajat yang lebih tinggi.
v  jumlah berkas saluran S linier terhadap jumlah sentral N atau S = N-1, contoh , N =5 sentral maka S = 5 – 1 = 4 saluran
v  konsentrasi saluran besar
v  efisiensi saluran tinggi
Kekurangan:
v  bila sentral transit mengalami gangguan (break down) maka semua sentral dibawahnya akan terisolir (tidak dapat saling berhubungan).
bila sentral transit mengalami gangguan (break down) maka semua sentral dibawahnya akan terisolir (tidak dapat saling berhubungan).


5. TOPOLOGI MESH
Kelebihan:
v  Menggalakkan fault tolerance
v  memudahkan baikpulihkan.
Kekurangan:
v  Kurang ekonomis.
v  Relatif mahal dalam pengoperasiaanya.

Teknik-teknik pengambilan sampel

Teknik-teknik pengambilan sampel


 Yang dimaksud dengan random sampling adalah cara pengambilan sampel yang emberikan kesempatan yang sama untuk diambil kepada setiap elemen populasi. Secara umum, ada dua jenis teknik pengambilan sampel yaitu, sampel acak atau random sampling / probability sampling, dan sampel tidak acak atau nonrandom samping/nonprobability sampling .Artinya jika elemen populasinya ada 100 dan yang akan dijadikan sampel adalah 25, maka setiap elemen tersebut mempunyai kemungkinan 25/100 untuk bisa dipilih menjadi sampel. Sedangkan yang dimaksud dengan nonrandom sampling atau nonprobability sampling, setiap elemen populasi tidak mempunyai kemungkinan yang sama untuk dijadikan sampel. Lima elemen populasi dipilih sebagai sampel karena letaknya dekat dengan rumah peneliti, sedangkan yang lainnya, karena jauh, tidak dipilih; artinya kemungkinannya 0 (nol).
         Dua jenis teknik pengambilan sampel di atas mempunyai tujuan yang berbeda. Jika peneliti ingin hasil penelitiannya bisa dijadikan ukuran untuk mengestimasikan populasi, atau istilahnya adalah melakukan generalisasi maka seharusnya sampel representatif dan diambil secara acak. Namun jika peneliti tidak mempunyai kemauan melakukan generalisasi hasil penelitian maka sampel bisa diambil secara tidak acak. Sampel tidak acak biasanya juga diambil jika peneliti tidak mempunyai data pasti tentang ukuran populasi dan informasi lengkap tentang setiap elemen populasi. Contohnya, jika yang diteliti populasinya adalah konsumen teh botol, kemungkinan besar peneliti tidak mengetahui dengan pasti berapa jumlah konsumennya, dan juga karakteristik konsumen. Karena dia tidak mengetahui ukuran pupulasi yang tepat, bisakah dia mengatakan bahwa 200 konsumen sebagai sampel dikatakan “representatif”?. Kemudian, bisakah peneliti  memilih sampel secara acak, jika tidak ada informasi yang cukup lengkap tentang diri konsumen?. Dalam situasi yang demikian, pengambilan sampel dengan cara acak tidak dimungkinkan, maka tidak ada pilihan lain kecuali sampel diambil dengan cara tidak acak atau nonprobability sampling, namun dengan konsekuensi hasil penelitiannya tersebut tidak bisa digeneralisasikan. Jika ternyata dari 200 konsumen teh botol tadi merasa kurang puas, maka peneliti tidak bisa mengatakan bahwa sebagian besar konsumen teh botol merasa kurang puas terhadap the botol.

         Di setiap jenis teknik pemilihan tersebut, terdapat beberapa teknik yang lebih spesifik lagi. Pada sampel acak (random sampling) dikenal dengan istilah simple random sampling, stratified random sampling, cluster sampling, systematic sampling, dan area sampling. Pada nonprobability sampling dikenal beberapa teknik, antara lain adalah convenience sampling, purposive sampling, quota sampling, snowball sampling

Probability/Random Sampling.

       Syarat pertama yang harus dilakukan untuk mengambil sampel secara acak adalah memperoleh atau membuat kerangka sampel atau dikenal dengan nama “sampling frame”. Yang dimaksud dengan  kerangka sampling adalah daftar yang berisikan setiap elemen populasi yang bisa diambil sebagai sampel. Elemen populasi bisa berupa data tentang orang/binatang, tentang kejadian, tentang tempat, atau juga tentang benda. Jika populasi penelitian adalah mahasiswa perguruan tinggi “A”, maka peneliti harus bisa memiliki daftar semua mahasiswa yang terdaftar di perguruan tinggi “A “ tersebut selengkap mungkin. Nama, NRP, jenis kelamin, alamat, usia, dan informasi lain yang berguna bagi penelitiannya.. Dari daftar ini, peneliti akan bisa secara pasti mengetahui jumlah populasinya (N). Jika populasinya adalah rumah tangga dalam sebuah kota, maka peneliti harus mempunyai daftar seluruh rumah tangga kota tersebut.  Jika populasinya adalah wilayah Jawa Barat, maka penelti harus mepunyai peta wilayah Jawa Barat secara lengkap. Kabupaten, Kecamatan, Desa, Kampung. Lalu setiap tempat tersebut diberi kode (angka atau simbol) yang berbeda satu sama lainnya.
        Di samping sampling frame, peneliti juga harus mempunyai alat yang bisa dijadikan penentu sampel. Dari sekian elemen populasi, elemen mana saja yang bisa dipilih menjadi sampel?. Alat yang umumnya digunakan adalah Tabel Angka Random, kalkulator, atau  undian. Pemilihan sampel secara acak bisa dilakukan melalui sistem undian jika elemen populasinya tidak begitu banyak. Tetapi jika sudah ratusan, cara undian bisa mengganggu konsep “acak” atau “random” itu sendiri.

v  Simple Random Sampling atau Sampel Acak Sederhana
Cara atau teknik ini dapat dilakukan jika analisis penelitiannya cenderung deskriptif dan bersifat umum. Perbedaan karakter yang mungkin ada pada setiap unsur atau elemen  populasi tidak merupakan hal yang penting bagi rencana analisisnya. Misalnya, dalam populasi ada wanita dan pria, atau ada yang kaya dan yang miskin, ada manajer dan bukan manajer, dan perbedaan-perbedaan lainnya.  Selama perbedaan gender, status kemakmuran, dan kedudukan dalam organisasi, serta perbedaan-perbedaan lain tersebut bukan merupakan sesuatu hal yang penting dan mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap hasil penelitian, maka peneliti dapat mengambil sampel secara acak sederhana. Dengan demikian setiap unsur populasi harus mempunyai kesempatan sama untuk bisa dipilih menjadi sampel. Prosedurnya :
1.       Susun “sampling frame”
2.       Tetapkan jumlah sampel yang akan diambil
3.       Tentukan alat pemilihan sampel
4.       Pilih sampel sampai dengan jumlah terpenuhi

v  Stratified Random Sampling atau Sampel Acak Distratifikasikan
Karena unsur populasi berkarakteristik heterogen, dan heterogenitas tersebut mempunyai arti yang signifikan pada pencapaian tujuan penelitian, maka peneliti dapat mengambil sampel dengan cara ini. Misalnya, seorang peneliti ingin mengetahui sikap manajer terhadap satu kebijakan perusahaan. Dia menduga bahwa manajer tingkat atas cenderung positif sikapnya terhadap kebijakan perusahaan tadi. Agar dapat menguji dugaannya tersebut maka sampelnya harus terdiri atas paling tidak para manajer tingkat atas, menengah, dan bawah. Dengan teknik pemilihan sampel secara random distratifikasikan, maka dia akan memperoleh manajer di ketiga tingkatan tersebut, yaitu stratum manajer atas, manajer menengah dan manajer bawah. Dari setiap stratum tersebut dipilih sampel secara acak. Prosedurnya :
1.       Siapkan “sampling frame”
2.       Bagi sampling frame tersebut berdasarkan strata yang dikehendaki
3.       Tentukan jumlah sampel dalam setiap stratum
4.       Pilih sampel dari setiap stratum secara acak.
Pada saat menentukan jumlah sampel dalam setiap stratum, peneliti dapat menentukan secara (a) proposional, (b) tidak proposional. Yang dimaksud dengan proposional adalah jumlah sampel dalam setiap stratum sebanding dengan jumlah unsur populasi dalam stratum tersebut. Misalnya, untuk stratum manajer tingkat atas (I) terdapat 15 manajer, tingkat menengah ada 45 manajer (II), dan manajer tingkat bawah (III) ada 100 manajer. Artinya jumlah seluruh manajer adalah 160. Kalau jumlah sampel yang akan diambil seluruhnya 100 manajer, maka  untuk stratum I diambil (15:160)x100 = 9 manajer, stratum II = 28 manajer, dan stratum 3 = 63 manajer.
Jumlah dalam setiap stratum tidak proposional. Hal ini terjadi jika jumlah unsur atau elemen di salah satu atau beberapa stratum sangat sedikit. Misalnya saja, kalau dalam stratum manajer kelas atas (I) hanya ada 4 manajer, maka peneliti bisa mengambil semua manajer dalam stratum tersebut , dan untuk manajer tingkat menengah (II) ditambah 5, sedangkan manajer tingat bawah (III), tetap 63 orang.
          
v  Cluster Sampling atau Sampel Gugus
Teknik ini biasa juga diterjemahkan dengan cara pengambilan sampel berdasarkan gugus. Berbeda dengan teknik pengambilan sampel acak yang distratifikasikan, di mana setiap unsur dalam satu stratum memiliki karakteristik yang homogen (stratum A : laki-laki semua, stratum B : perempuan semua), maka dalam sampel gugus, setiap gugus boleh mengandung unsur yang karakteristiknya berbeda-beda atau heterogen. Misalnya, dalam satu organisasi terdapat 100 departemen. Dalam setiap departemen terdapat banyak pegawai dengan karakteristik berbeda pula. Beda jenis kelaminnya, beda tingkat pendidikannya, beda tingkat pendapatnya, beda tingat manajerialnnya, dan perbedaan-perbedaan lainnya. Jika peneliti bermaksud mengetahui tingkat penerimaan para pegawai terhadap suatu strategi yang segera diterapkan perusahaan, maka peneliti dapat menggunakan cluster sampling untuk mencegah terpilihnya sampel hanya dari satu atau dua departemen saja. Prosedur :
1.       Susun sampling frame berdasarkan gugus – Dalam kasus di atas, elemennya ada 100 departemen.
2.       Tentukan berapa gugus yang akan diambil sebagai sampel
3.       Pilih gugus sebagai sampel dengan cara acak
4.       Teliti setiap pegawai yang ada dalam gugus sample


     4. Systematic Sampling atau Sampel Sistematis
Jika peneliti dihadapkan pada ukuran populasi yang banyak dan tidak memiliki alat pengambil data secara random, cara pengambilan sampel sistematis dapat digunakan. Cara ini menuntut kepada peneliti untuk memilih unsur populasi secara sistematis, yaitu unsur populasi yang bisa dijadikan sampel adalah yang “keberapa”.  Misalnya, setiap unsur populasi yang keenam, yang bisa dijadikan sampel. Soal “keberapa”-nya satu unsur populasi bisa dijadikan sampel tergantung pada  ukuran populasi dan ukuran sampel. Misalnya, dalam satu populasi terdapat 5000 rumah. Sampel yang akan diambil adalah 250 rumah dengan demikian interval di antara sampel kesatu, kedua, dan seterusnya adalah 25. Prosedurnya :
5.       Susun sampling frame
6.       Tetapkan jumlah sampel yang ingin diambil
7.       Tentukan K (kelas interval)
8.       Tentukan angka atau nomor awal di antara kelas interval tersebut secara acak atau random – biasanya melalui cara undian saja.
9.       Mulailah mengambil sampel dimulai dari angka atau nomor awal yang terpilih.
10.   Pilihlah sebagai sampel angka atau nomor interval berikutnya

v  Area Sampling atau Sampel Wilayah
Teknik ini dipakai ketika peneliti dihadapkan pada situasi bahwa populasi penelitiannya tersebar di berbagai wilayah. Misalnya, seorang marketing manajer sebuah stasiun TV ingin mengetahui tingkat penerimaan masyarakat Jawa Barat atas sebuah mata tayangan, teknik pengambilan sampel dengan area sampling sangat tepat. Prosedurnya :
1.       Susun sampling frame yang menggambarkan peta wilayah (Jawa Barat) – Kabupaten, Kotamadya, Kecamatan, Desa.
2.       Tentukan wilayah yang akan dijadikan sampel (Kabupaten ?, Kotamadya?, Kecamatan?, Desa?)
3.       Tentukan berapa wilayah yang akan dijadikan sampel penelitiannya.
4.       Pilih beberapa wilayah untuk dijadikan sampel dengan cara acak atau random.
5.       Kalau ternyata masih terlampau banyak responden yang harus diambil datanya, bagi lagi wilayah yang terpilih ke dalam sub wilayah.

Nonprobability/Nonrandom Sampling atau Sampel Tidak Acak
        Seperti telah diuraikan sebelumnya, jenis sampel ini tidak dipilih secara acak. Tidak semua unsur atau elemen populasi mempunyai kesempatan sama untuk bisa dipilih menjadi sampel. Unsur populasi yang terpilih menjadi sampel bisa disebabkan karena kebetulan atau karena faktor lain yang sebelumnya sudah direncanakan oleh peneliti.
1.       Convenience Sampling atau sampel yang dipilih dengan pertimbangan kemudahan.
Dalam memilih sampel, peneliti tidak mempunyai pertimbangan lain kecuali berdasarkan kemudahan saja. Seseorang diambil sebagai sampel karena kebetulan orang tadi ada di situ atau kebetulan dia mengenal orang tersebut. Oleh karena itu ada beberapa penulis menggunakan istilah accidental sampling – tidak disengaja – atau juga captive sample  (man-on-the-street) Jenis sampel ini sangat baik jika dimanfaatkan untuk penelitian penjajagan, yang kemudian diikuti oleh penelitian lanjutan yang sampelnya diambil secara acak (random). Beberapa kasus penelitian yang menggunakan jenis sampel ini,  hasilnya ternyata kurang obyektif.


2.       Purposive Sampling
Sesuai dengan namanya, sampel diambil dengan maksud atau tujuan tertentu. Seseorang atau sesuatu diambil sebagai sampel karena peneliti menganggap bahwa seseorang atau sesuatu tersebut memiliki informasi yang diperlukan bagi penelitiannya. Dua jenis sampel ini dikenal dengan nama judgement dan quota sampling.
Judgment Sampling
Sampel dipilih berdasarkan penilaian peneliti bahwa dia adalah pihak yang paling baik untuk dijadikan sampel penelitiannya.. Misalnya untuk memperoleh data tentang bagaimana satu proses produksi direncanakan oleh suatu perusahaan, maka manajer produksi merupakan orang yang terbaik untuk bisa memberikan informasi. Jadi, judment sampling umumnya memilih sesuatu atau seseorang menjadi sampel karena mereka mempunyai “information rich”.
Dalam program pengembangan produk (product development), biasanya yang dijadikan sampel adalah karyawannya sendiri, dengan pertimbangan bahwa kalau karyawan sendiri tidak puas terhadap produk baru yang akan dipasarkan, maka jangan terlalu berharap pasar akan menerima produk itu dengan baik. (Cooper dan Emory, 1992).
Quota Sampling
Teknik sampel ini adalah bentuk dari sampel distratifikasikan secara proposional, namun tidak dipilih secara acak melainkan secara kebetulan saja.
Misalnya, di sebuah kantor terdapat pegawai laki-laki 60%  dan perempuan 40% . Jika seorang peneliti ingin mewawancari 30 orang pegawai dari kedua jenis kelamin tadi maka dia harus mengambil sampel pegawai laki-laki sebanyak 18 orang sedangkan pegawai perempuan 12 orang. Sekali lagi, teknik pengambilan ketiga puluh sampel tadi tidak dilakukan secara acak, melainkan secara kebetulan saja.

3.       Snowball Sampling – Sampel Bola Salju
Cara ini banyak dipakai ketika peneliti tidak banyak tahu tentang populasi penelitiannya. Dia hanya tahu satu atau dua orang yang berdasarkan penilaiannya bisa dijadikan sampel. Karena peneliti menginginkan lebih banyak lagi, lalu dia minta kepada sampel pertama untuk menunjukan orang lain yang kira-kira bisa dijadikan sampel. Misalnya, seorang peneliti ingin mengetahui pandangan kaum lesbian terhadap lembaga perkawinan. Peneliti cukup mencari satu orang wanita lesbian dan kemudian melakukan wawancara. Setelah selesai, peneliti tadi minta kepada wanita lesbian tersebut untuk bisa mewawancarai teman lesbian lainnya. Setelah jumlah wanita lesbian yang berhasil diwawancarainya dirasa cukup, peneliti bisa mengentikan pencarian wanita lesbian lainnya. . Hal ini bisa juga dilakukan pada pencandu narkotik, para gay, atau kelompok-kelompok sosial lain yang eksklusif (tertutup)

Antara HUB dan SWITCH

Perbandingan Hub dan Switch














Hub dan Switch merupakan salah satu alat yang digunakan dalam membangun suatu jaringan komputer yang biasanya jaringan tersebut terdiri dari 2 atau lebih komputer. Biasanya alat ini digunakan dalam membangun jaringan LAN (Local Area Network). Topologi yang menggukan kedua device ini adalah topologi star. Berikut ini adalah perbandingan atau perbedaan kedua alat tersebut.  berikut :
 Berdasarkan penyampaian data
Sebuah hub saat menerima data, maka akan mentransmisikan data yang masuk tersebut ke seluruh komputer atau perangkat yang terhubung ke jaringan. Bahkan hub akan mengirimkan data yang dia terima ke switch jika hub tersebut juga terhubung dengan switch. Tapi sebuah switch hanya akan mentransmisikan data ke komputer yang berhak atas data tersebut.
2.       Kemampuan Mengenali Komputer (Perangkat yang terhubung)
Hub hanya mampu mengenali piranti atau komputer yang terhubung melaliu IP saja, sehingga saat mendapat data akan mentransmisikannya keseluruh perangkat / komputer yang terhubung kejaringan, seperti pada penjelasan sebelumnya. Dan alsan kenapa switch dapat mengirimkan data kepada komputer atau perangkat yang tepat adalah karena switch dapat mengenali perangkat atau komputer melalui MAC address yang dimiliki oleh sebuah komputer yang terhubung ke jaringan.
3.       Berdasarkan posisi dalam OSI Layer
Hub merupakan suatu device pada jaringan yang secara konseptual beroperasi pada layer 1 (Physical Layer). Maksudnya, hub tidak menyaring menerjemahkan sesuatu, hanya mengetahui kecepatan transfer data dan susunan pin pada kabel. Switch merupakan suatu device pada jaringan yang secara konseptual berada pada layer 2 (Datalink Layer). Maksudnya, switch pada saat pengirimkan data mengikuti MAC address pada NIC (Network Interface Card) sehingga switch mengetahui kepada siapa paket ini akan diterima.
4.       Berdasarkan cara kerja dan kemungkinan tabrakan
Sebuah hub hanya bisa bekerja secara half-duplex, sedangkan switch dapat bekerja secara full-duplex. Dalam menjalankan tugasnya hub aka secara terus menerus mengirimkan sinyal paket data keseluruh komputer, meskipun data yang dikirimkan sudah diterima oleh komputer tujuan. Hal semacam ini akan lebih beresiko menimbulkan tabrakan data atau colossion. Switch mengirimkan data mengikuti MAC address pada NIC sehingga switch mengetahui kepada siapa paket ini akan diterima. Jika ada collision yang terjadi merupakan collision pada port-port yang sedang saling berkirim paket data. Kemungkinan terjadinya collision pada switch lebih kecil, karena Switch memiliki collision control pada setiap portnya, sedangkan hub hanya memilikisatu collision control.
5.       Berdasarkan kecepatan transfernya
Hub harus mengirimkan setiap data yang ia terika keseluruh komputer yang terhubung kejaringan. Sehingga bandwidth yang ada akan di bagi ke tiap-tiap port, semakin banyak portnya maka akan semakin kecil bandwidth yang didapat oleh setiap port dan pengiriman data akan semakin lambat. Sedangkan pada switch pengiriman paket data memiliki tujuan yang jelas, sehingga port yang dilaliu juga sudah pasti dan hanya satu port saja sehingga bandwidth yang digunakan adalah bandwidth secara penuh.
6.       Adanya teknologi VLAN
Switch diperkuat oleh teknologi VLAN ( Virtual LAN ) dimana dia mampu Mensegmentasi jaringan LAN secara logika tanpa harus menuruti lokasi fisik peralatan. Teknologi VLAN yang ada di switch tidak akan kita temukan pada hub.
7.       Berdasarkan harga 
Dari kekmampuan yang dimiliki kedua perangkat tersebut maka harganya akan berbeda. Sebuah switch akan memiliki harga yang relatif lebih mahal. Tapi kemampuannya juga lebih baik dibandiingkan dengan hub yang harganya dipasaran akan relatif lebih murah dengan adanya keterbatasan kemampuan yang dimilikinya.


PERBEDAAN YG SANGAT TAMPAK IALAH :

Hub                                                                                       Switch
10 Mbps 10                                                                          100 Mbps
Selalu broadcast                                                                  Hanya sekali broadcast
Tidak mempunyai CAM                                                     Table Mempunyai CAM Table
Half duplex                                                                            Full duplex
Tidak aman                                                                           Aman
Satu jalur dipakai bersamaan                                             Banyak jalur yang bisa dipakai
Ada di layer 1 (7 OSI Layer)                                              Ada di layer 2
Tidak membaca MAC Address                                         Membaca MAC Address
Tidak membuat virtual sirkuit                                             Membuat virtual sirkuit
Sering terjadi collision                                                         Tidak terjadi collision
1 atau lebih hub, 1 collision domain                                  1 port, 1 collision domain
Kecepatannya di share                                                        Kecepatannya tidak dishare
Susah dicari barangnya                                                       Gampang dicari

21/11/10

Business Process melakukan KRS


1.      Membayar SPP  
-          Mahasiswa (1.2)
-          Universitas (1.1), (1.2)
-          Bank   (1.1), (2.1)
2.      Penyerahanbukti
-          Mahasiswa (2.1), (3.2)
-          Universitas (2.1), (3.2)
3.      Pengambilanlembar KRS dan STIKER
-          Mahasiswa (3.1)
-          Universitas (3.1)
4.      Pengisian KRS
-          Mahasiswa (4.1), (4.2), (4.3), (4.4)
-          Dosen PA (4.2), (4.3)
-          Prodi (4.1)
-          Fakultas (4.2)
5.      Kembalikan KRS
6.      Pengambilan KPRS (kembalike 3)
-          Mahasiswa
-          Universitas
7.      Pengisian KPRS (kembalike 4)
-          Mahasiswa
-          Dosen PA
-          Prodi
-          Fakultas
8.      Pengembalian KPRS (kembalike 5)

ATURAN / RULE
(1.1)        Jadwalpembayaran
-          Angkatan
-          Jalurmasuk
(1.2)        Jumlahpembayaran
(1.3)        Buktipembayarsudahmencantumjumlahpembayaran (ATM/KTM).
(2.1)      Buktipembayaran, ttd, validasijumlahpembayaran
(3.1)      Cek list NPM di daftarpengambilan KRS
(3.2)      Jika KRS hilangkembalike proses 2
(4.1)      Jadwalpengisian KRS
-          Daftarmatakuliah
-          Nilai semester terakhir
(4.2)      Prasyaratmatakuliah
-          IP semester terakhir (1 minimal paket)
-          Nilai per matakuliah (standar 16 skssampainilaikeluar)
-          Jumlahsks
(4.3)      Tandatangan PA (legalisasi PA)                    penunjukanpengganti
(4.4)      Legalisasi KRS (fakultas)
(5.1)      Penyerahanke
-          Prodi
-          Dosen PA
-          Universitas
(6.7.8)         Optional, waktu
6)     Bukti KRS

OBJECT  (Kata bendadalam OOA, OOD, dan OOP)
-          Mahasiswa
-          Buktipembayaran
-          Universitas
-          Bank (*)
-          List pembayaran
-          KRS
-          Dosen PA
-          Prodi
-          Fakultas
-          Mata kuliah
-          Nilai
-          JadwalUniversitas
·         Jadwalpembayaran
·         Jadwal KRS
·         Jadwal KPRS


Tugas :
1.      Carisemuaatributdari object di atas !
2.      Jikamasihada object lain yang  belumdimasukkan, bisaditambahkan.
3.      Carisemua service dari object di atas !

Universitas
·         Nama universitas
·         Alamat Universitas
·         Status Universitas
·         Tanggal Berdiri
·         Nomer Telepon
·         Rektor
·         Visi
·         Misi
·         Deskripsi
·         Website
·         Email
·         Tahun Akademik
Bagian Registrasi
·         Kepala Bagian Registrasi
Jadwal Universitas
·         Semester
Jadwal Pembayaran
·         Tanggal Mulai Pembayaran
·         Tanggal Akhir Pembayaran
·         Tempat Pembayaran
Jadwal KRS
·         Tanggal Mulai Pengambilan KRS
·         Tanggal  Akhir Pengambilan KRS
·         Tanggal Pengisian KRS
·         Tanggal Awal Pengembalian KRS
·         Tanggal Akhir Pengembalian KRS
Jadwal KPRS
·         Tanggal Mulai Pengambilan KPRS
·         Tanggal  Akhir Pengambilan KPRS
·         Tanggal Pengisian KPRS
·         Tanggal Awal Pengembalian KPRS
·         Tanggal Akhir Pengembalian KPRS
Bagian Keuangan
·         Kabag Keuangan
·         Nomor Telepon Ext
·         Nomor Fax
Daftar Bayar
·         Jenis Pembayaran
·         NPM
·         Tanggal Bayar
·         Status Bayar
·         Nomor Transaksi
Bukti Pembayaran
·         Jumlah Bayar
·         No Pembayaran
·         No transaksi
·         Tanggal Pembayaran
·         NPM
Fakultas
·         Kode Fakultas
·         Nama Fakultas
·         Nama Dekan
·         Nomer Telepon
Prodi
·         Nama Prodi
·         Kode Prodi
·         Nama Kaprodi
·         Telepon
·         Status Prodi
Mahasiswa
·         NPM
·         Nama Mahasiswa
·         Jenis Kelamin
·         Tanggal Lahir
·         Tempat Lahir
·         Alamat
·         Nama Orang Tua
·         Golongan Darah
·         Tahun Masuk
·         Status
·         Agama
·         No Telepon
·         Email
·         Tinggi
·         Berat Badan
·         Pekerjaan Orang Tua
·         Hobby
KRS
·         Kurikulum
·         Jenis Semester
·         Tanggal Pengesahan
·         NIP
·         Kode Matakuliah
Dosen
·         NIP
·         Nama Dosen
·         Jabatan
·         Kepangkatan
·         Jenis Kelamin
·         TMT
·         Tanggal Lahir
·         Tempat Lahir
·         Pendidikan Terakhir
·         Alamat
·         Status
·         Nomor Telepon
·         Email
Pembimbing Akademik
·         NPM
Matakuliah
·         Kode Matakuliah
·         Nama Matakuliah
·         Satuan Kredit Semester
·         Jenis Matakuliah
·         NIP
·         Jadwal
·         Ruang
·         Syarat
Nilai
·         NPM
·         Nilai
·         Pengambilan Ke
·         Bobot
·          

traffic